MEDIABALAP.com (Jakarta) – Hidupnya identik dengan deram mesin mobil karena sejak berusia delapan tahun ia sudah mengikuti lomba otomotif, ketika menjadi navigator di samping ayahnya pada kejuaraan reli sprint di Kota Baru Parahiyangan, Jawa Barat.
Tepatnya pada 7-8 Agustus 2005, tertorehlah dengan tinta emas masa mendebarkan dan menyenangkan itu, karena bocah itu tampil sebagai juara kedua, setelah Rizal Sungkar / Anthoni Sarwono, sedangkan di urutan ketiga Rifat Sungkar / Reza.
Bocah pebalap itu adalah Muhammad Sean Gelael dan yang duduk di sampingnya adalah ayahnya, Ricardo Gelael, yang memupuk bakat dan hobi puteranya hingga menjadi pebalap formula.
Pada putaran keempat kejuaraan sama di tempat sama, 11-12 Desember 2005, Sean tampil sebagai navigator mendampingi Arief Indiarto dan mereka masih bercokol di tangga kedua. Di atas mereka Rifat Sungkar / Herkusuma dan di bawah mereka Rio Teguh / M Akib.
Pada 16-17 Agustus 2006, Sean dengan tidak canggung-canggung, mulai bersahabat dan menimba pengalaman dari orang Eropa, ketika menampingi David Maslen dari Inggris. Luar biasa, mereka tampil sebagai juara pada kejuaraan reli kecepatan (speed rally).
Sejak usia delapan tahun ia sudah mengenal dunia otomotif dan hingga saat ini ia tidak putus-putusnya merambah berbagai lomba dari satu sirkuit ke sirkuit lain, dari satu negara ke negara lain.
Entah sudah berapa ribu lap yang dilahapnya sejak menekuni lomba karting nasional dan Eropa, – serta berbagai laga “single-seater” lain, yang berujung pada lomba F2 2017.
Mengapa ini perlu diungkapkan berkali-kali?
Karena Sean Gelael pada 1 November 2017 genap berusia 21 tahun, sehingga akan selalu ada putar ulang kehidupannya, sebagai setting atau latar belakang yang mewarnai kehidupannya masa sekarang.
Pebalap muda yang oleh ayahnya terkadang dipanggil “Si Panjang” ini, memang berbakat berpostur panjang alias tinggi. Ketika ia dilahirkan ibunda Rini Gelael, panjangnya sudah 41 cm dengan bobot 4,1 kg.
Dalam tempo satu bulan, bobotnya dengan cepat naik menjadi 5,2 kg dan panjangnya menjadi 60 cm. Berapa tinggi Sean Gelael saat ini? Sudah mencapai 188 cm. Maka tak heran bila ayahnya terkadang memanggilnya dengan istilah “Si Panjang”.
Sean dilahirkan lewat operasi Cesar di rumah sakit bersalin Puri Cinere di Jakarta Selatan, ketika orang-orang keluar dari masjid baru melaksanakan solat Jumat pada 1 November 1996, dan ia merayakan hari ulang tahun ke-21 pada Rabu 1 November 2017.
Perjalanan hidup pun dijalani Sean dari detik ke detik dan pada 1 November 2017 ia mengukir kiprah hidupnya sebagai pebalap nasional yang dikenal mancanegara, tidak terasa usianya sudah 21 tahun. Tentang tinggi tubuhnya tidak masalah, karena kokpit mobil formula dapat dimodifikasi.
Pada 2019 ke F1?
Setelah berkutat sekian lama di kancah laga otomotif, tentu saja tujuan paling utama setiap atlet bermotor suatu saat dapat membalap di balik kokpit F1.
Jadi jangankan Sean Gelael dan keluarganya, Indonesia pun pasti menginginkan ada putra Indonesia yang berjuang pada lomba itu, setelah sebelumnya ada Rio Haryanto yang menjadi berita dunia.
Sean Gelael sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda itu, karena ia sudah menaiki mobil F1 Toro Rosso, bahkan menjadi pebalap Indonesia pertama yang mencoba lintasan balap Singapura di Marina Bay, ketika mengikuti sesi FP1 Singapore GP, medio September 2017.
Nah, kini ia baru saja menyelesaikan sesi FP1 bersama Toro Rosso ketika mengendarai mobil STR 12 di di Sirkuit Autodromo Hermanos Rodriguez, Meksiko, 27 Oktober 2017.
Sean tampil taktis dan mengesankan ketika mencetak catatan waktu tercepat satu menit 21,639 detik dan angka ini lebih bagus dibanding rekan setimnyanya, Brendon Hartley. Pebalap asal Selandia Baru itu membuat catatan waktu satu menit 21,747 detik. Hasil ini buat Sean cukup bagus dan memenuhi harapan tim Prinsipal Toro Rosso ,Franz Tost.
Penampilan di Meksiko merupakan penampilannya yang keempat sekaligus yang terakhir musim ini bersama tim yang bermarkas di Faenza, Italia itu, setelah sebelumnya Sean juga membuat pekerjaan bagus di sirkuit Marina Bay Singapura, Sepang Malaysia dan Austin Amerika Serikat.
“Kami sangat puas dengan perfroma Sean. Dengan kondisi sirkuit yang tricky, Sean perlahan-lahan mampu memperkecil gap waktu hingga satu detik dari rekan setimnya, Brendon Hartley. Ini improvement besar buat Sean karena mampu memenuhi target memperkecil selisih waktu sampai satu detik dari Brendon,” kata Bos Toro Rosso, Franz Tost.
Bagaimana kiprah Sean Gelael di kancah laga F2?
Berita teranyar menyebutkan, putera mantan pereli nasional Ricardo Gelael itu dilaporkan akan menggantikan juara F2 Charles Leclere di tim Prema Racing untuk musim 2018.
“Gelael tipped to replace F2 champion Leclerc at Prema for 2018,” demikian judul berita pada lamanwww.msn.com. Ricardo Gelael menanggapi berita itu dengan komentar singkat, “Itu belum pasti.”
Leclere menyabet gelar juara FIA F2 2017 dengan nilai tertinggi klasemen sementara (249 poin) kendati masih tersisa tiga putaran lagi untuk tahun ini, setelah ia menang pada laga feature di Jerez, mengalahkan saingannya Oliver Rowland (189).
Pebalap asal Monako, Leclerc, kelahiran 16 Oktober 1997, dipromosikan ke laga F1 bersama tim Sauber tahun depan, dan berdasar laporan msn.com, Sean Gelael akan masuk tim Prema mulai musim depan.
Dari 51 kali melakukan gerak awal (start), Sean mencetak poin dalam enam lomba termasuk urutan kedua di Red Bull Ring pada 2016.
Pengamat F1 Andres Lewin yang menulis di laman en.f1i.com menyebutkan, Sean Gelael amat serius untuk tampil di top level olahraga bermotor itu, setelah Sean mengikuti ajang sesi latihan bebas F1 bersama Toro Rosso.
Sean kini bernaung dalam tim Pertamina Arden, tulisnya, dan mengantungi hasil terbaik berada di podium kedua di red Bull Ring, Juli 2017, dan berada di tangga ke-15 pada klasemen pebalap (17 poin).
Bila Sean memiliki peluang mendapatkan super-licence Formula Satu, ungkap Andres Lewin, maka ia butuh mendapatkan 40 poin dalam masa tiga tahun permainannya di F2. Bila ia berada di urutan tiga besar F2, maka Sean pasti mendapatkan tempat di laga F1.
Tantangan bagi Sean Gelael, katanya, harus dapat melaju lebih cepat pada awal lomba musim 2018, kemudian mempertahankannya secara konsisten hingga akhir lomba. Bila ia mampu melakukannya, maka ia akan berada di grid F1.
Andres Lewin mengutip ucapan Sean Gelael yang mengatakan, “Kami berharap dapat terus bersama Toro Rosso tahun depan. Kemudian kita lihat apa yang terjadi pada 2019.”
Setelah menyelesaikan program FP1 bersama tim Toro Rosso, Sean akan kembali fokus untuk balapan terakhir Formula 2 bersama tim Pertamina Arden, berlangsung di sirkuit Yas Marina Uni Emirate Arab pada 24-26 November 2017.
Selain balapan F2, Sean juga sudah dijadwalkan mengikuti test bersama tim Toro Rosso dan pada musim penuh keduanya di ajang Formula 2 2018, Sean berjuang keras dan belajar untuk mematangkan kemampuan balapnya.
Bersama tim Pertamina Arden yang didukung Jagonya Ayam KFC Indonesia, Sean sudah mengoleksi 17 poin dan berada di peringkat 15. Musim sebelumnya Sean juga menempati peringkat 15 klasemen pebalap bersama tim Pertamina Campos Racing.
Sean Gelael, selamat hari ulang tahun ke-21. (Mimbar-Rakyat.com/ARL)