You are here
Home > BERITA > Target Sean Gelael Tahun 2017 Oleh A.R. Loebis

Target Sean Gelael Tahun 2017 Oleh A.R. Loebis


Target Sean Gelael pada musim lomba 2017. (seangp)

MEDIABALAP.com (Jakarta) – Walau terus dibayangi kekecewaan di hampir semua lomba sepanjang 2016, tapi Sean Gelael sebenarnya memenuhi target untuk berada dalam urutan 15 besar,  setelah menyelesaikan 11 putaran dengan menyimpan total poin 24.

Pemuda yang 1 November 2016 genap berusia 20 tahun itu, bertengger di urutan ke-15 dari 26 pebalap yang tercatat pada laga GP2 2016.

Rekan setim Sean di Campos Racing, Mitch Evans asal Selandia Baru, berada di urutan ke-12 dengan simpanan 90 poin.

Antonio Giovinazzi asal Italia, dari tim Prema Racing tapi didukung Jagonya Ayam Indonesia, berada di urutan kedua klasemen akhir musim ini. Ia kalah kalah dalam pengumpulan angka pada laga terakhir atas rekan setimnya Piere Gasly yang mengoleksi angka total 219 poin sedangkan Antonio (111).

Sean Geael pada musim 2016 mengawali  permainannya dengan mengikuti  dua kejuaraan ketahanan mobil Asia di Buriram dan Malaysia bersama Antonio dan mereka berjaya naik podium. Sedangkan selingan jelang akhir musim mengikuti tiga putaran lomba ketahanan dunia FIA WEC.

Pada laga FIA WEC kategori LMP 2 di Fiji, Jepang, trio pebalap Jagonya Ayam KFC Indonesia, Muhammad Sean Gelael, Antonio Giovinazzi dan Tom Blomqvist, berada di urutan keempat.

Kemudian mereka mewujudkan target podium pada balapan ketahanan enam jam kategori LMP2 FIA World Endurance Championship (WCA) di Sirkuit Shanghai, Tiongkok dan pada putaran berikutnya di Bahrain berada di urutan kelima.

Nah,  bendera Merah-Putih berkibar di ajang GP2,  ketika pebalap jangkung Sean Gelael finis di posisi kedua pada balapan feature di Sirkuit Red Bull Ring, Austria, 2 Juli 2016, sementara rekannya Mitch Evans di posisi pertama.

“Hasil luar biasa. Sulit dilukiskan dengan kata-kata. Tentu saya senang karena bisa mengibarkan bendera merah putih,” kata Sean dengan bangga dan terharu ketika itu.

Ia berhak mendapat 18 poin, merupakan raihan angka kedua bagi Sean setelah finis ketujuh dan meraih enam poin di sirkuit Baku City dua pekan sebelumnya.

Hasil balapan di dua sirkuit itu membuat Sean berada di urutan 15 dengan 24 poin, selebihnya ia malang melintang dengan sebab berbeda, utamanya karena masalah kendaraan yang kurang mendukung permainannya di lintasan pacu kecepatan di sembilan sirkuit lainnya.

Ganti tim

Memasuki musim balap tahun kedua di GP2, kelihatannya Sean Gelael harus beralih tim, tidak lagi di Campos Racing, sebagai kawah candradimuka yang mengasah permainannya dari sisi teknis pada cabang olahraga pilihannya itu.

Pada musim pertama di GP2, Sean mengaku banyak belajar baik dari kegagalan maupun saat dia berhasil meraih podium pertama di Sirkuit Red Bull Ring, Austria.

“Saya belajar banyak dari satu musim balap GP2, termasuk pada laga LMP2 pada tiga seri yang saya ikuti. Saya rasa yang terpenting bagi saya adalah bagaimana merasakan atmosfer persaingan yang ketat pada kedua jenis balapan itu,” ungkapnya.

Pada awal lomba 2016, pemilik tim Jagonya Ayam Indonesia, Ricardo Gelael, menyatakan, pada musim pertama laga GP2, Sean Gelael tidak dibebani target yang muluk-muluk.  “Karena persaingan yang ketat, pada tahun pertama ini ia masuk 15 besar saja sudah pantas,” kata Ricardo.

Namun Ricardo yang terus mengikuti dan memantau perkembangan balap Sean, merasakan juga bahwa Sean sepertinya perlu beralih ke tim lain, yang dapat mempersiapkan setingan kendaraan yang lebih sesuai dengan Sean.

“Dari evaluasi yang saya lakukan, Sean mengalami kendala dengan set-up mobil sehingga dia mengalami kesulitan saat hendak menikung,” kata Ricardo di Sirkuit Sentul, Bogor,  2 Agustus 2016.

“Pada GP2 Hungaria di Budapest, Sean kesulitan saat melaju. Setelah melewati tujuh lap, posisinya melorot. Oleh karena itu, Campos harus berbuat sesuatu,” ucap Ricardo ketika itu.

Ricardo ketika itu menilai, Campos Racing belum maksimal karena sering mendapatkan kendala  pada setingan kendaraan.

“Semoga tim bisa berbuat banyak sehingga bisa mendapatkan settingnya yang pas untuk empat balapan tersisa,” katanya memasuki sisa empat putaran berikutnya.

Pada balapan GP2 terakhir di Abu Dhabi pun, Sean Gelael Sean kenyataannya masih tetap saja kesulitan dengan setelan mobilnya.

Pada balapan feature, Sean mengalami masalah pada rem yang mengakibatkan insiden dengan Gustav Malja pada lap keenam. Sean tidak bisa melanjutkan lomba dan harus menerima hukuman penalti start dari pit pada balapan sprint.

Pada balapan sprint, Sean sempat menyodok ke posisi 17, namun sayang,  ia kembali mengalami masalah teknis pada mobilnya sehingga posisinya melorot lagi ke urutan ke-21.

Tapi juga yang terpenting, Sean menyadari falsafah laga adalah kalah dan menang. Bila kalah tidak boleh menyerah dan bila menang tidak boleh besar kepala.

“Tentu saya banyak belajar baik dari kegagalan saya maupun kesuksesan saya mendapatkan poin dan naik podium. Ajang GP2 memang tidak mudah, persaingan sangat kompetitif,” kata Sean.

“Setiap tim punya kelebihan dan kekurangan. Faktor balapan tidak hanya ditentukan kendala mobil dan pebalap, tetapi juga faktor keberuntungan,” kata Sean yang baru berulag tahun ke-20 pada 13 November 2016.

Sean kini sudah menjadi salah satu pebalap yang dikenal mancanegara dan bisa jadi sudah mulai dilirik tim F1.

Buktinya, ia digandeng perusahaan manufaktur jam asal Swiss International Watch Company (IWC) sebagai sponsor, bahkan bergabung bersama dua pebalap Formula 1 tim Mercedes Lewis Hamilton dan Nico Rosberg yang menjadi Brand Ambasasor IWC,  di Singapura,  15 September 2016.

“Tentu ini membanggakan dan semakin menambah motivasi saya pada balapan. Ini sebuah kepercayaan dari perusahaan dengan merek terkemuka. Ini juga menjadi pengalaman luar biasa karena saya bisa bersanding dengan pebalap top seperti Hamilton. Saya merasa dihargai dan kerja keras saya perlahan mulai dinilai,” kata Sean ketika itu.

Di ajang GP2,  Sean Gelael mendapat penghargaan sebagai si pemilik helm dengan desain terbaik, yang bergambar gaya hip-hop didominasi warna emas.

Selain gambar kompas sebagai simbol dari orang-orang yang mendukungnya terjun ke dunia balap, ada juga gambar tokoh pebasket NBA Michael Jordan, petinju legendaris Muhammad Ali dan legenda kungfu asal Tiongkok Bruce lee.

Nah, Sean sudah berusaha sedaya upayanya, seperti halnya semua pebalap GP2 yang berupaya menampilkan performa terbaik untuk mencapai tujuan naik kelas ke ajang balap kursi tunggal tertinggi, Formula 1.

Karakter dan teknologi mobil yang digunakan pada laga GP2 memiliki regulasi yang ketat bagi pebalap dan mirip dengan aturan pada laga F1 sementara musim 2017 Sean kembali membalap di ajang GP2.

Pada pekan akhir November 2016, Sean melakukan serangkaian tes di sirkuit Yas Marina Abu Dhabi, sekaligus untuk menentukan pilihan tim yang akan memayunginya pada musim 2017.

Pada laga 2016 Sean mencapai target yang dipasang dan apakah pada 2017 akan menembus target? Kita nantikan tim apa yang akan mendukungnya dan target apa yang dicanangkan!  (ARL/SEANGP.com/Mimbar-Rakyat.com/MB)

Leave a Reply

Top