You are here
Home > Catatan A.R. Loebis > Danau Toba WRC 2025, Mungkinkah?, Catatan A.R. Loebis

Danau Toba WRC 2025, Mungkinkah?, Catatan A.R. Loebis


MEDIABALAP.com (Jakarta) – Kejuaraan reli dunia (WRC=world rally championship) pernah berlangsung di kawasan Danau Toba pada 1996 dan 1997 dan terhenti pada 1998 karena negara dihantam krisis moneter.

Masih mungkinkan WRC Kembali digelar di tempat sama pada waktu mendatang?

Sumut sebenarnya mendapat jatah tuan rumah WRC sebanyak lima kali, sejak 1996 hingga 2000, namun hanya dapat dilangsungkan dua kali dan sejak itu reli vakum dan baru dapat diadakan lagi untuk tingkat nasional beberapa tahun kemudian.

Dari sisi olahraga, Sumatera Utara “identik” dengan reli mobil, karena kerapnya kejuaraan nasional dan internasional diadakan di daerah itu.

Selama ini, pemerintah daerah mendukung lomba sepenuhnya. Masyarakat mendambakan, menyukainya dan akrab dengan cabang itu. Mereka tahu olahraga itu berbahaya dan saling mengingatkan di kawasan lomba. Mereka hapal dengan para perelinya. Mereka datang bersusah payah untuk dapat menyaksikannya, bahkan dari tempat jauh sekali pun.

Ada hal lain yang cukup penting dan menentukan, salah seorang putra daerah bernama Musa “Ijeck” Rajekshsah, – bukan saja pecinta cabang itu-, tapi juga pelaku langsung sebagai atlet reli mobil.

Kini ia menjabat sebagai wakil Gubernur Sumatera Utara. Ia pula yang paling getol meminta rekannya sesama panitia, untuk mewujudkan kembali Sumut sebagai tuan rumah seri kejuaraan internasional.

Dalam berbagai kesempatan berpidato, ia menyampaikan Sumut harus memajukan olahraga otomotifnya melalui reli mobil. Dengan reli mobil berarti Sumut, khususnya Danau Toba, akan memajukan wisatanya. Dengan memajukan wisata, berarti Sumut menggeliatkan perekonomiannya, khususnya melaui UMKM.

Dalam seri kejuaraan nasional 2021, Ijeck amat gembira karena ia menyaksikan perekonomian di wilayah itu mulai menggeliat. Banyak pedagang berjualan di kawasan lomba (SS) dan banyak penonton yang datang.

“Hotel mulai penuh dan ini menunjukkan geliat ekonomi sudah mulai di Kawasan Danau Toba. Pedagang pun mulai berjualan lagi. Penonton sudah berani datang menyaksikan lomba,” kata Ijeck.

Ketika itu, atlet karismatik itu berujar, “Tahun depan (2022) harus sudah ada Reli Asia Pasifik di Danau Toba dan pada gilirannya kelak akan berlangsung lagi reli kejuaraan dunia seperti yang sudah pernah diadakan di sini”.

Ijeck bahkan menuturkan, ia akan ikut membantu menggelontorkan dana penyelenggaraan reli APRC dan WRC – tentu saja membantu mencarikan dari para pengusaha, termasuk dari dana APBD.

Keinginannya sama dengan keinginan semua panitia reli, termasuk masyarakat, dan keinginan itu merupakan dambaan bersama dan akhirnya terwujud dilaksanakan. Reli Danau Toba 2022 sebagai Reli Asia Pasifik (APRC), berlangsung meriah pada 23-25 September 2022.

“Alhamdulillah, kita berhasil mendapatkan kalender tuan rumah APRC. Bahkan sudah dijadwalkan untuk dua tahun berurutan,” ujar Ijeck, juara kedua Reli APRC Danau Toba,  dalam pidato menjelang penyerahan hadiah bagi para pemenang di Terminal Sosor Saba, Parapat, (25/99/22).

WRC Danau Toba 2024 atau 2025?

Kapan saja bisa. Ini Medang Bung. Ini motto orang Medan. Tapi tentu tidak segampang apa yang diucapkan, ada perhitungannya, ada persiapannya, ada dukungannya, ada sarana prasararananya, ada dananya.

“Dana untuk menjadi tuan rumah WRC cukup tinggi. Mencapai Rp70 Milyar sampai Rp80 Milyar. Itu harga untuk promotornya. Kalau FIA menganggap kita sudah layek menjadi tuan rumah, kita harus menyiapkan dana sebesar itu,” kata Pimpinan Lomba Reli Danau Toba 2022, Ir. Elwin Siregar.

Elwin menyebutkan, Sumut pernah menjadi tuan rumah WRC pada 1996 dan 1997, sehingga olahraga pro itu sudah tidak asing bagi para panitia yang pernah mengalaminya. “Kita tinggal mengasah kemampuan SDM kita,” katanya.

Jeffrey JP dari PP IMI, ketika disinggung tentang hak promotor itu, mengatakan dalam reli mobil dunia memang ada promotor, semacam Dorna dalam cabang sepeda motor.

“Tapi sepertinya tidak setinggi itu bayarannya,” kata Jeffrey, dengan kata lain, tergantung kesepakatan antara tuan rumah dengan pihak promotor.

Promotornya adalah GmbH yang berkedudukan di Munich, Jerman, bertindak selaku promotor untuk kejuaraan FIA WRC dan FIA kejuaraan reli Eropa.

Promotor GmbH bertanggung jawab atas semua aspek komersial kejuaraan FIA WRC dan FIA WRE, termasuk produksi televisi dan marketing media serta hak cipta (rights) sponsor secara global.

Promotor yang terbentuk pada 2013 ini, juga bertanggung jawab untuk meningkatkan peserta reli dan menyiapkan tempat perlombaan bagi semua tuan rumah negara yang masuk kalender kegiatan tahunan WRC dan WRE.

Promotor WRC merupakan payung bagi penyelenggara, yang bertanggung jawab untuk semua aspek komersial WRC dan WRE, demikian tertulis dalam laman promotor itu.

Pihak penyelenggara reli Sumut, harus berhubungan dengan promotor ini, selain juga pihak FIA untuk membahas keinginan menjadi tuan rumah WRC, sekaligus kemungkinan pembagian kerjanya.

Di berbagai negara tuan rumah WRC, penyelenggara didukung sepenuhnya oleh pemerintah dan Sumut pun harus mendapat dukungan dari pemerintah (pusat dan daerah). Ini kelihatannya memungkinkan, karena Indonesia belakangan ini amat menggalakkan “sport tourism”, seperti di Mandalika dan tempat lainnya.

Delegasi Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) ketika menyaksikan Reli Danau Toba 2022, menyatakan puas dan memuji kinerja panitia dalam menyelenggarakan acara itu.

Mereka yang datang adalah Wayne Christie (Selandia Baru) sebagai Chairman of the Stewards, Vicky Chandhok (India) sebagai 2nd FIA Steward sekaligus FIA Observer, dan GP. Roopkumar (India) sebagai FIA Technical Delegate.

Vicky Chandok memuji lintasan yang masih dalam kondisi bagus meski sudah dilewati oleh 65 peserta. Terlebih mengingat malam sebelum pertandingan lintasan diguyur hujan deras selama lebih dari empat jam.

Vicky Chandok dan Wayne Christie melihat marshall yang memenuhi syarat di setiap Radio Point dan banyaknya kendaraan berpenggerak empat roda yang disiapkan panitia sebagai alat evakuasi jika ada masalah saat perlombaan berlangsung.

Namun demikian, kedua delegasi FIA itu mengeritik pengaturan posisi parkir kendaraan yang agak menghalangi lintasan turing peserta reli di sekitar kawasan perlombaan.

Peserta reli Ricardo Gelael melihat panitia kurang ketat dari segi safety, karena penonton amat banyak, namun kurang penjagaan di kawasan penonton. Penulis juga menyaksikan tidak ada tanda peringatan bagi penonton di daerah berbahaya. Beberapa menit sebelum peserta tiba, penonton masih berkeliaran di dalam lintasan SS. Selayaknya ini menjadi salah satu perhatian utama pada event selanjutnya.

“Saya mendambakan kemajuan olahraga otomotif Indonesia. Maka berbagai kekurangan harus kita minimalisir sebisa mungkin,” tutur Ricardo.

WRC pada kalender selanjutnya – setelah pandemik Covid-19 menurun – berusaha membagi tuan rumah WRC sebaik mungkin, dengan target 50 persen di kawasan Eropa dan 50 persen lainnya di kawasan Afrika, Asia dan Australia.  Tahun ini, ada 13 putaran WRC yang berlangsung.

Deni Sordo di salah satu lomba WRC. (motorsport)

Sementara jenis kendaraan pun semakin beragam. Kendaraan hybrid Rally1 menggunakan motor elektrik 100kW diikutsertakan sementara bahan bakar berbasis hidrokarbon digunakan 100 persen.

Nah, kapan Danau Toba WRC datang lagi ke Sumut?

Kalau 2024 merupakan tahun politik di negara ini, kemungkinan pada 2025 Danau Toba WRC sudah tiba di Sumut, sebagai salah satu seri dari 13 putaran yang berlangsung sepanjang tahun itu.

Semoga. Atau, mari kita bertanya pada Pak Ijeck. (***)

Leave a Reply

Top